Geletik tawa hingga memecahkan sudut
ruang yang sepi sebelumnya,
menenggelamkanku akan kejadian –
kejadian pembunuhan yang ku lakukan
Aku membunuh rasa yang sempurna,
dengan balasan tak bertuan
Aku mencoba menghalangi mentari yang
ia pancarkan
Dengan awan-awan gelap disertai
petir yang mengelegar beserta debit air sepanjang hari menyakiti pori - pori
Semusim ini kedinginannya nampak
nyata
Berbagai alasan ia datang dengan
paksaan yang tak pernah ku inginkan (lagi)
Perasaannya tak ku rasakan lagi
seperti kemarin dan sekarang
Lalu aku mencoba tegak, berusaha
mengingat keraguannya terdahulu
Semuanya kembali dengan perlakuan
yang sama
Kemudian aku menghancurkan hadiah
yang ia inginkan
Menyakitkan bukan?
Jika kamu kembali saat ini, bukan waktu yang tepat untuk
hanya menginginkan penyesalan itu berubah menjadi lebih baik. Tanpa perlu kamu
lakukan itu, perasaan ku sudah lama tak seperti dulu. Hanya saja aku tak ingin
lebih lama membuat penyesalanmu kembali terulang. Kesempatan kamu sudah habis,
aku tak menginginkan masalah – masalah baru dikemudiannya.