Sesosok pejalan yang gelisah tanpa menghentikan langkahnya
terus menerus melebarkan langkahnya itu
Menyongsong setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya
Dilihatnya ia penuh dengan keabuan tentang hidup yang tak
pernah terselesaikan
Kebahagiaannya seakan punah, membias!
Geramnya tenggelam bersama rasa ibanya
Namun ia seakan sembunyi dibalik senyum ketir
Menahan duka
Dipunggungnya terlihat beban yang terpikul sendirian bagai
mengepalai keluarganya. Tapi TIDAK!
Mungkin dia hanya ingin pergi sejenak dalam fiktifnya dunia
Menurutnya dunia hanya lah lingkaran yang tak berawal juga
tak berakhir
Tak ada awal dan akhir yang indah
Tak ada ruang yang dibutuhkan untuk berjalan tanpa kekangan
dahaga
Dia kagum pada semesta alam tunjukan kekecewaan yang tak
perpihak padanya
Rupa pelangi melingkar setengah tanda kesedihan baru
untuknya
Berwarna namun bukan dirinya sekarang
Hujan lah yang menyamarkan tetesan asin di matanya
Disaat hujan lah ia mulai berhenti berjalan
Berteduh namun terguyur nan menggigil lekat
Ia seakan meyatimi dirinya sendiri
Jauh dari pandangannya seseorang telah memperhatikannya
Payung ini cukup besar untuk berlindung bersama
Namun rasa berani itu ternyata kurang besar
Terbiarkannya hujan itu mengering, dengan genangan dimana –
mana
Ia masih saja seperti itu, mengkaku pucat
Upayanya tak berdaya, ingatannya hilang ditengah jalanan
bisu
Sosok itu serupa pilar yang tak dapat disangga lagi
penguatnya
Dikejauhan ini lah, aku memperhatikannya tanpa diketahui
sesosoknya.
0 komentar:
Posting Komentar