Rabu, 14 November 2012

Sesosok Insan


Sesosok pejalan yang gelisah tanpa menghentikan langkahnya terus menerus melebarkan langkahnya itu
Menyongsong setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya
Dilihatnya ia penuh dengan keabuan tentang hidup yang tak pernah terselesaikan
Kebahagiaannya seakan punah, membias!
Geramnya tenggelam bersama rasa ibanya
Namun ia seakan sembunyi dibalik senyum ketir
Menahan duka
Dipunggungnya terlihat beban yang terpikul sendirian bagai mengepalai keluarganya. Tapi TIDAK!
Mungkin dia hanya ingin pergi sejenak dalam fiktifnya dunia
Menurutnya dunia hanya lah lingkaran yang tak berawal juga tak berakhir
Tak ada awal dan akhir yang indah
Tak ada ruang yang dibutuhkan untuk berjalan tanpa kekangan dahaga
Dia kagum pada semesta alam tunjukan kekecewaan yang tak perpihak padanya
Rupa pelangi melingkar setengah tanda kesedihan baru untuknya
Berwarna namun bukan dirinya sekarang
Hujan lah yang menyamarkan tetesan asin di matanya
Disaat hujan lah ia mulai berhenti berjalan
Berteduh namun terguyur nan menggigil lekat
Ia seakan meyatimi dirinya sendiri
Jauh dari pandangannya seseorang telah memperhatikannya
Payung ini cukup besar untuk berlindung bersama
Namun rasa berani itu ternyata kurang besar
Terbiarkannya hujan itu mengering, dengan genangan dimana – mana
Ia masih saja seperti itu, mengkaku pucat
Upayanya tak berdaya, ingatannya hilang ditengah jalanan bisu
Sosok itu serupa pilar yang tak dapat disangga lagi penguatnya
Dikejauhan ini lah, aku memperhatikannya tanpa diketahui sesosoknya.

0 komentar:

Posting Komentar